Jumat, 01 Februari 2008

kulit putih, apakah sebuah jaminan "laku"?

Bagi perempuan, memelihara kecantikan adalah bagian dari gaya hidup. Agar tetap tampil cantik, banyak sekali wanita yang berlomba-lomba melakukan berbagai cara,mulai yang instan sampai yang bertahan lama.

Tujuannya, tak lain agar bisa menjaga kecantikannya. Berbagai produk juga banyak ditawarkan untuk memperoleh kecantikan dan warna kulit yang diinginkan. Namun sayang, banyak wanita Indonesia yang tidak hati-hati dan jeli dalam memilih produk kecantikan yang tepat guna,yang sesuai karakteristik kulit orang Asia atau Indonesia, karakteristik kulit yang didominasi pigmen cokelat. Semua itu dilakukan hanya untuk memutihkan kulitnya yang awalnya berwarna sawo matang....padahal emang udah aslinya, turunan dari nenek moyang Melayu klo kulit Asia itu berpigmen dominan COKLAT. Belum lagi kondisi iklim tropis di Indonesia, dimana intensitas sinar matahari sangat tinggi. (pastinya kejemur terus donk....klo kulit putih kena matahari, jadinya putih memerah gitu...)

Tidak lepas juga dari pandangan masyarakat di Indonesia bahwa kulit yang cantik adalah kulit putih. Banyak sekali produk kecantikan yang bagus, tapi belum tentu sesuai karakteristik kulit orang Indonesia. Akhirnya, ketika digunakan tidak sesuai bahkan terkadang berakibat tidak baik atau merugikan kesehatan kulit. Terutama, pada penggunaan produk yang memang bersifat instan. salah satu dari teman saya pernah mencoba salah satu produk yang dinamakan dengan "SUNTIK PUTIH"..yup, it works, kulitnya jadi putih kayak orang jepang..tapi dirinya jadi tampak ga original....(karena kita sudah tahu aslinya..hehe)

Lalu timbul sebuah pertanyaan, mengapa kecantikan perempuan Indonesia selalu diukur dari kulit putih sempurna, badan yang langsing-kurus, bibir tipis? Coba simak iklan-iklan di TV, koran, majalah, dan tabloid wanita yang beredar. Banyak sekali iklan yang ditujukan untuk perempuan yang erat kaitannya dengan kecantikan fisik. Iklan tersebut selalu berkaitan dengan berbagai cara untuk memutihkan kulit, menghilangkan selulit, menipiskan bibir, menurunkan berat badan—hanya beberapa yang mengiklankan tentang cara untuk menambah berat badan, dan banyak juga iklan yang memberikan jasa untuk jimat-jimat agar disayangi suami/pacar atau bos. Banyak juga ragam iklan yang tujuannya untuk mempercantik perempuan secara fisik.

Mengapa ukuran kecantikan perempuan hanya dilihat dari keadaan fisik? Bukankah seorang perempuan juga mempunyai hati nurani, intelegensia, kepribadian dan ‘inner beauty’ yang dapat menjadikannya mempunyai kecantikan yang abadi? Tidak semua perempuan dilahirkan cantik sebagaimana image yang sudah dikonstruksikan secara sosial.

Apakah perempuan yang dilahirkan dengan tidak membawa kecantikan tersebut harus hidup dengan perasaan rendah diri dan mencoba untuk ‘mengkonstruksikan kecantikannya’ dengan berbagai cara yang mungkin saja dapat merugikan kesehatannya? Ambil contoh bintang film, pemain sinetron dan bintang iklan Indonesia. Umumnya yang dapat dikatakan berhasil, terus dipakai dan dijadikan idaman penonton adalah perempuan Indonesia yang berwajah ‘kebarat-baratan’ alias blasteran. Mereka adalah perempuan yang berkulit putih, hidung mancung dan mempunyai badan yang tinggi semampai. Demikian juga dengan ratu atau puteri Indonesia, yang memang selalu saja mempunyai kriteria fisik seperti di atas. Jarang sekali perempuan yang mempunyai wajah asli Indonesia dapat meraih mahkota yang dipertandingkan.

So, what about you?apakah kulit putih menjadi standar kecantikan dirimu?

2 komentar:

  1. antik sih kayaknya apa adanya aja Teh.. hihihi.. nice blog!

    BalasHapus
  2. putih cantik enak dilihat...
    buat dirimu terlihat secantik mungkin...
    kalo dikasi beras trus dimakan gitu aja, namanya orang aneh.. bukan berarti ga bersukur...
    bukankah kalo beras di masak jadi nasi itu enak ato dibuat kue bisa lebih enak.. mmm.. *emang kulit itu beras apa?* (Joo ada" aja...) bersyukur dan berusaha... Nice Blog.. :-) I like it Ranie...

    BalasHapus