Minggu, 03 Februari 2008

Bangsa Indonesia : Mau Kemana Kita?

Fa aina tadzhabuun? Maka kemanakah kamu akan pergi? Jalan mana yang hendak kamu tempuh?

Saatnyalah kini pertanyaan itu kita ajukan terhadap hati nurani kita, karena sewajibnyalah kita tahu arah dan tujuan yang akan kita tuju. Sepantasnyalah kita menyadari ke muara manakah arus membawa kita, dan tahu pula ke pelabuhan mana bahtera kita akan berlabuh.

Agar mendapatkan jalan yang lurus, tentunya seorang muslim harus beragama dengan baik dengan mematuhi norma-norma agama, menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan serta selalu mengindahkan tegoran pemberi nasehat yang bersemayam di dalam hatinurani.

Untuk itu, Dengan menukil keterangan Rasulullah Saw:, Abu Hurairah menawarkan beberpa jalan keselamatan yang bisa kita tempuh dalam mengarungi kehidupan ini. Ada tiga perkara yang menyelamatkan;

Pertama, Takut kepada Allah dimanapun berada dan dalam keadaan bagaimanapun.

Dengan menyadari bahwa hidup kita ini selalu dalam pengawasan Allah SWT, setiap apa yang kita katakan, yang kita perbuat, yang kita lakukan dalam hidup ini tidak lepas dari catatan para malaikat-Nya. Niscaya akan menjadikan hidup kita terpimpin lurus di jalan yang diridhoi-Nya.

Dikisahkan pada zaman pemerintahan Umar bin Khattab ra, beliau mengeluarkan peraturan yang melarang memperjualbelikan susu yang dicampur dengan air. Alkisah ada seorang ibu dengan anak gadisnya. Si ibu hendak menjual susu dicampur dengan air karena mengharapkan keuntungan yang lebih. Namun anak gadisnya mengingatkan ibunya pada larangan Amirul Mukminin Umar bin Khattab. Ibu itu berkata : ’Lho bukankah Amirul Mukminin jauh dari kita? Sudah tentu beliau tidak melihat apa yang kita lakukan’. Sang gadis menjawab dengan tegas:”Kalau saja Amirul Mukminin tidak melihat kita, bukannya Tuhan-nya Amirul Mukminin tetap melihat kita?”

Kedua, Menghemat dalam mengatur penghidupan.

Harta adalah amanat Allah yang akan dipertanggung jawabkan disisi-Nya. Maka berhati-hatilah dalam menggunakanya. Harta yang kekal adalah harta yang diinvestasikan di jalan Allah. Sedangkan yang digunakan selain di jalan Allah akan sia-sia

Seharusnya kita menyadari bahwa berbagai fasilitas dalam kehidupan yang kita miliki, pada hakekatnya adalah hanya sarana untuk kelancaran beribadah dan bertaqwa kepada Allah. Dengan demikian, semakin banyak fasilitas yang kita miliki, seharusnya semakin baik dalam beribadah dan semakin tinggi kualitas ketaqwaannya. Orang bijak mengatakan ’letakkan hartamu ditangan, jangan kau biarkan ia menguasai hatimu’.

Bersikap sederhana ketika kaya, dan tetap menjaga kehormatan ketika dalam keadaan fakir. Niscaya akan menjadi jalan hidup selamat dunia akherat.

Ketiga, Menempatkan diri secara wajar baik dikala senang atau dikala marah.

Didalam diri seseorang ada pendorong yang mewujudkan berbagai keinginan, seperti: ingin makan, minum, berpakaian bagus, bersenang-senang, memiliki kekayaan yang banyak dan sebagainya. Selain itu ada pula perasaan tidak enak kalau dihina orang lain, diganggu kehormatan, disakiti/didzalimi dan sebagainya.

Hal ini menandakan didalam diri manusia ada dorongan hawa nafsu, dan apabila dibiarkan sekehendaknya maka akan menimbulkan pertentangan dengan orang lain, karena mungkin saja tindakan yang diambil akan menyinggung perasaan dan kehormatan orang lain. Pesan Rasulullah SAW :” Takutlah (jauhilah) perbuatan dzalim. Sesungguhnya kedzaliman itu akan menimbulkan kegelapan [malapetaka] pada hari kiamat”.

Oleh sebab itu, seyogyanya kita dapat mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri kita, agar segala ucapan, perbuatan dan sikap kita dapat disaring dengan hati yang bersih disertai dengan ketentuan hukum Allah. Apabila baik kita lakukan dan bila tidak baik, kita tinggalkan.

1 komentar: